Senin, 04 Juni 2012

Sugesti nama


Sering kita melihat sifat seseorang sesuai dengan arti nama yang ia pakai, atau mengikuti sifat tokoh yang serupa dengan namanya.
Rasulullah dinamai Muhammad yang berarti terpuji dan Ahmad yang berarti banyak memuji Allah, sangat sesuai dengan sifatnya sallallahu 'alaihi wasallam.
Bahkan suatu hal yang wajib kita imani bahwa semua nama Allah yang husna mengandung sifat yang sempurna, seperti As-Samii' (yang mendengar) menunjukkan bahwa Allah maha mendengar segala sesuatu.

Bisakah nama seseorang mempengaruhi nasib atau mendatangkan yang baik atau buruk bagi dirinya dan orang lain?

Al-Musayyib berkata: Bapakku mendatangi Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam, kemudian Rasulullah bertanya: Siapa namamu? Bapakku menjawab: "Hazn" (kesedihan). Rasulullah berkata: أَنْتَ سَهْلٌ Namamu adalah "Sahl" (kemudahan)!
Bapakku menjawab: Aku tidak mau mengganti nama yang diberikan oleh bapakku.
Sa'id bin Al-Musayyib berkata: Sejak saat itu kesedihan terus melanda keluarga kami. [Sahih Bukhari]
Hadits ini menunjukkan bahaya menyalahi perintah Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam sekalipun itu hanya sebatas anjuran bukan kewajiban.

Ketika Suhail bin 'Amr mendatangi Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam di Hudaibiyah untuk mengadakan perjanjian, Rasululah berkata kepada sahabatnya:
«لَقَدْ سَهُلَ لَكُمْ مِنْ أَمْرِكُمْ»
Telah datang kemudahan untuk kalian dalam masalah ini. [Sahih Bukhari]
"Suhail" artinya yang mudah.

Ibnu Umar berkata: Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam berdo'a di atas mimbar:
«غِفَارُ غَفَرَ اللَّهُ لَهَا، وَأَسْلَمُ سَالَمَهَا اللَّهُ، وَعُصَيَّةُ عَصَتِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ» [صحيح البخاري ومسلم]
Kabilah "Gifar", semoga Allah memberi ampunan untuknya, dan kabilah "Aslam" semoga Allah memberinya keselamatan, sedangkan kabilah "Ushaiyah" mereka telah mendurhakai Allah dan Rasul-Nya. [Sahih Bukhari dan Muslim]
"Gifar" dari kata gafara yang berarti ampunan, "Aslam" dari kata salima yang berarti selamat, dan "Ushaiyah" dari kata 'ashaa yang berarti berdosa.

Dari Abu Hurairah; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«لَا عَدْوَى، وَلَا طِيَرَةَ، وَأُحِبُّ الْفَأْلَ الصَّالِحَ» [صحيح مسلم]
"Tidak ada 'adwa (penyakit menular dengan sendirinya), dan tidak ada thiyarah, dan aku menyukai al-fa'l yang baik". [Sahih Muslim]

Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam menyukai "al-Fa'l" yaitu berbaik sangka dengan sesuatu atau perkataan yang baik, seperti ketika mendengar nama "Sahl" yang berarti kemudahan Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam berharap semoga Allah memberikan kemudahan dengan kehadiran Sahl.

Beda halnya dengan "at-tasyaa-um" yaitu berburuk sangka terhadap sesuatu, karena ini masuk kategori "at-thiyarah" menganggap sesuatu dapat mendatangkan kebaikan atau keburukan tanpa seizin Allah subhanahu wata'ala.

Dari Abdullah bin Mas'ud; Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
«الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، ثَلَاثًا، وَمَا مِنَّا إِلَّا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ» [سنن أبي داود: صححه الألباني]
"At-Thiyarah adalah syirik (Rasulullah mengulanginya tiga kali), dan tidaklah seseorang dari kita kecuali merasakan hal itu, akan tetapi Allah menghilangkannya dengan bertawakkal". [Sunan Abi Daud: Sahih]

At-Tasyaa-um misalnya ketika hendak melakukan suatu kebaikan tiba-tiba ia melihat sesuatu yang buruk atau bertemu dengan seseorang yang bernama "Sa'b" yang berarti kesusahan, maka ia mengurungkan niat baiknya tersebut.
Ini hukumnya tidak boleh karena menganggap sesuatu bisa mendatangkan keburukan di luar kuasa Allah dan menghilangkan rasa tawakkal dalam hati.[1]

Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam mengganti nama sahabat yang mengandung makna kurang baik bukan karena tasya-um, tapi karena Rasulullah sallallahu 'alaihi wasallam menyukai sesuatu yang baik dan tidak menyukai sesuatu yang buruk.

Nama tidak dapat mengubah takdir, tapi nama yang baik atau buruk adalah takdir dari Allah subhanahu wata'ala. Bisa jadi dengan nama yang baik Allah mendatangkan kebaikan, dan bisa jadi dengan nama yang buruk akan mengakibatkan keburukan.[2]

Imam Malik berkata: Penduduk Madinah mengatakan bahwa tidak ada satu keluarga yang salah satu anggotanya bernama "Muhammad" kecuali mereka mendapatkan rezki yang baik.
Muhammad bin Rusyd berkata: Kemungkinan mereka mengetahui hal tersebut dari pengalaman atau mereka punya dalil tentang hal itu.
[Lihat: Al-Bayaan Wa At-Tahshil 17/541, Mugni Al-Muhtaj 4/295]

Ada beberapa hadits yang menyebutkan keutamaan memakai nama "Muhammad" dan "Ahmad", tapi semuanya sangat lemah bahkan beberapa diantaranya palsu.

Wallahu a'lam!

Lihat: juga: Nama sang "Buah Hati" 
                    "Asmaa-ul husna" 
                   Pakai nama Malaikat


[1] Fatawa "Liqaa' Al-Baab Al-Maftuuh" oleh Syekh Ibnu Utsaimin (الفرق بين التشاؤم والتفاؤل).
[2] Lihat: Tuhfah Al-Mauduud karya Ibnu Qayyim hal.178, Situs "Al-Islam; Su-al wa Jawab" fatwa no.14626

2 komentar:

  1. nama dapat memberatkan prilaku seseorang,apabila nama seseorang bagus apalagi nama itu membawa nama nama baik agama.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alangkah beruntungnya org yg memiliki nama dan sifat yang baik!

      Hapus

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...