Rabu, 04 Mei 2011

Talaqi, Cara Cepat dan Tepat Menuntut Ilmu


Jika kita mempunyai impian maka kita akan berharap agar impian tersebut dapat terwujud sesegera mungkin dan sesempurna mungkin. Untuk itu kita harus mengetahui cara yang tepat dan cepat untuk mewujudkannya. Demikian pula dalam menuntut ilmu, kita harus mengetahui cara yang paling tepat dan cepat meraihnya. Menuntut ilmu memang memerlukan waktu yang lama namun tidak berarti membuang-buang waktu tampa faedah.

Kita mungkin sering gelang-geleng kepala karena takjub melihat kitab karangan para ulama terdahulu yang jilidnya sampai berjejer panjang. Bagaimana cara mereka mendapatkan ilmu yang begitu mendalam dan luar dengan usia yang tidak melebihi manusia pada umumnya, memahaminya dengan sempurna, kemudian mampu mengajarkannya melalui lisan dan tulisan.

Apalagi kalau bukan dengan Talaqi atau Muhadharah, yang merupakan landasan utama bagi seorang pelajar dalam menuntut ilmu, menimba ilmu dengan bertemu langsung dengan para syeikh di mesjid, atau dosen di kuliah. Selain mendapat berkah dengan mengahadiri majelis ilmu, kita bisa menanyakan langsung hal yang kurang kita pahami, mencatat penjelasan simpel yang penting, dan sederet manfaat positif lain yang tidak akan didapatkan oleh orang yang mencoba memahami sendiri kitabnya di rumah.

Allah subhanahu wata'ala ketika menurunkan kitab suci sebagai pedoman hidup, tidak menurunkanya secara langsung ke bumi agar bisa dibaca oleh tiap orang, akan tetapi Allah menurunkannya melalui perantara Jibril untuk disampaikan kepada para Rasul-Nya, dan selanjutnya para Rasul menyampaikannya kepada umatnya masing-masing.

Ini semua mengisyaratkan kepada kita bahwasanya ilmu itu harus diambil dari orang-orang terdahulu yang ahli di setiap bidangnya untuk kemudian dikembangkan, tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan membaca dan meneliti tanpa ada bimbingan syeikh, atau dosen.

Banyak ayat-ayat yang memperkuat bahwasanya metode yang paling benar dalam menuntut ilmu adalah dengan cara talaqi atau muhadharah, dalam Al-Qur'an Allah memerintahkan kita untuk menimba ilmu dengan cara bertanya kepada para ulama yang ahli dalam setiap bidangnya.

Allah berfirman yang artinya:
"Maka tanyakanlah olehmu kepada orang-orang yang berilmu, jika kamu tiada Mengetahui". (QS. Al Anbiyaa': 7)
"Maka tanyakanlah kepada yang lebih mengetahui". (QS. Al Furqan: 59)

Rasulullah sallallahu 'alaikhi wasallam bersabda:
من سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة. صحيح مسلم
"Barang siapa yang meniti jalan dalam menuntut ilmu, Allah akan mempermudah baginya meniti jalan menuju surga".
ما من خارج من بيته في طلب العلم إلا وضعت له الملائكة أجنحتها رضا بما يصنع . ابن ماجة : صحيح
"Tidak satu orang pun yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu kecuali para malaikat merendahkan sayapnya sebagai penghormatan untuknya karena ridha atas apa yang ia lakukan".
من غدا إلى المسجد لا يريد إلا أن يتعلم خيرا أو يعلمه كان له كأجر حاج تاما حجته . الطبراني : حسن]
"Barang siapa yang pergi ke masjid, tidak ada yang ia inginkan kecuali untuk menuntut ilmu yang baik atau mengajarkannya, akan mendapatkan pahala seperti pahala yang didapatkan orang yang menunaikan haji secara sempurna".
من خرج في طلب العلم فهو في سبيل الله حتى يرجع . الترمذي : حسن لغيره
"Barang siapa yang keluar menuntut ilmu maka ia berada dijalan Allah sampai kembali".

Hadist-hadits ini mengisyaratkan bahwasanya seorang yang ingin menuntut ilmu yang bermanfaat dengan cara yang benar adalah harus keluar dari rumah mencari para ulama yang bisa membimbingnya, tidak hanya duduk sendiri di rumah membaca buku, atau melalui internet.

Tidak satupun ulama Islam yang kita kenal yang tidak keluar menuntut ilmu, tidak satupun dari mereka yang hanya tinggal di rumah membaca buku dan berusaha memahaminya sendiri. Musa bin Yasar berkata: "Jangan kamu mengambil ilmu kecuali dari mulut ulama".

Kita sudah sangat sering membaca atau mendengar kisah-kisah perjuangan dan pengorbanan mereka dalam menuntut ilmu, berkelana di banyak negara, walaupun tidak didukung dengan transportasi memadai seperti sekarang ini.

Diantara faedah menuntut ilmu dengan Talaqi (face to face) :

1. Mempersingkat waktu.
Seorang syeikh atau dosen ketika menjelaskan suatu masalah kepada para muridnya, yang mereka sampaikan adalah intisari dari penelitian yang mereka lakukan selama bertahun-tahun. Dengan talaqi seorang pelajar dengan mudah mendapatkan hasil penelitian itu dengan singkat.

2. Meringankan beban.
Untuk menghasilkan kesimpulan yang tepat dalam setiap masalah memerlukan usaha yang tidak ringan bagi seorang pelajar, harus membaca begitu banyak buku dan memahaminya, kemudian meramu sendiri intisari tiap buku. Namun dengan talaqi kita bisa mendapatkan semuanya dengan mudah dari seorang syeikh atau dosen yang sudah pernah meneliti permasalahan tersebut, kita tinggal memperhatikan hujjah yang beliau paparkan.

3. Memperkecil kekeliruan.
Apabila seorang pelajar mempelajari suatu masalah atau bidang ilmu dengan cukup membaca sendiri di rumah dan meneliti dari pendapat-pendapat para ulama yang sudah dibukukan, persentasi kekeliruan dalam memahami lebih besar dari pada yang belajar melalui talaqi, yang dibimbing langsung oleh syeikh atau dosen.
Ulama mengatakan:
"من كان دليله كتابه كان خطؤه أكثر من صوابه"
artinya: Barangsiapa yang petunjuknya hanya kepada buku, maka kesalahannya akan lebih banyak dari benarnya.
Bisa jadi ia merasa telah memahami buku yang sedang dibaca namun pemahamannya tidak sesuai dengan apa yang dimaksud penulisnya.

4. Memperoleh adab dan akhlak dari syeikh atau dosen.
Adab dan akhlak yang baik akan sulit kita dapatkan dengan hanya membaca dari buku, akan tetapi dapat kita peroleh dengan sengaja atau tidak, dari lingkungan yang ada disekitar kita. Di saat talaqi atau muhadharah, seorang pelajar bisa sekaligus mencontoh akhlak dan adab yang ada pada seorang syeikh, kesabarannya dalam mendidik, kehati-hatiannya dalam bertutur, keramahannya dalam menjawab, atau bahkan kita bisa menilai hal-hal negatif yang seharusnya tidak dilakukan saat proses belajar-mengajar berlangsung, dan dijadikan pelajaran agar tidak kita ulangi nantinya.

5. Pahala yang diperoleh lebih banyak. Segaimana dalam hadits-hadits yang telah disebutkan di atas.

Kita semua jauh-jauh dari Indonesia ke Mesir meninggalkan keluarga dan kawan kerabat mengorbankan harta dan tenaga untuk menuntut ilmu yang bermanfaat. Sekarang kita sudah di tempat tujuan, apakah logis kalau kita tidak mengejar cita-cita kita itu dengan cara yang cepat dan tepat mendapatkannya?

Bukan tempatnya kita hanya tinggal di rumah membaca buku, bukan tempatnya kita berleha-leha. Membaca buku tempatnya nanti di Indonesia saat kita ingin mengingat kembali penjelasan dari syeikh atau dosen, waktu yang kita miliki tidak lama, kita harus kembali dengan membawa ilmu yang bermanfaat sebanyak-banyaknya untuk saudara-saudara kita di tanah air, jangan biarkan diri kita menyesal nantinya.

Kuliah adalah tugas utama kita, menimba ilmu dari para dosen. Kalau tidak puas dengan apa yang bisa diberikan perkuliahan, banyak sekali syeikh di masjid-masjid yang meluangkan waktunya untuk kita minimba ilmu. Jangan sia-siakan kesempatan yang sudah Allah berikan kepada kita, karena semua itu akan kita pertanggung jawabkan kelak di hadapan-Nya.

Semoga kawan-kawan seperjuangan di mesir khususnya Mansurah semakin giat ikut muhadharah di kuliah dan di masjid-masjid. Allahumma Amiin !!!

*Pernah dimuat pada Buletin Al-Wasathiyah

2 komentar:

Komentar anda adalah pelajaran berharga bagi saya ...